Rabu, 17 Februari 2016

Syekh Abdul Wahab Rokan

Syekh Abdul Wahab Rokan

 

Abdul Wahab Rokan atau Syeikh Abdul Wahab Rokan al-Khalidi an-Naqsyabandi lahir di Kampung Danau Runda, Rantau Binuang Sakti, Nagari Tinggi, Kabupaten Kampar, Riau pada tanggal 28 September 1811 dan  meninggal pada tanggal 27 Desember 1926 di umur 115 tahun. Beliau adalah seorang ulama ahli fikih, seorang sufi, sekaligus mursyid (pembimbing rohani) Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah di Riau dan Sumatera Timur pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20. Beliau juga merupakan pendiri Pondok Pesantren Babussalam di Pekanbaru, Riau.
Biografi dan Asal-usul
Syeikh Abdul Wahab Rokan lahir dengan nama Abu Qosim, berganti nama menjadi Haji Abdul Wahab setelah menunaikan ibadah haji. Tambahan nama Rokan menunjukkan asal beliau dari wilayah Sungai Rokan. Beliau lahir dari keluarga bangsawan yang berpendidikan, taat beragama dan sangat dihormati. Ayahnya bernama Abdul Manaf bin Muhammad Yasin bin Tuanku Abdullah Tambusai, seorang ulama terkemuka di kampungnya, sedangkan buyutnya bernama Tuanku Tambusai, seorang ulama dan pejuang yang masih keturunan keluarga Kerajaan Islam Siak Seri Inderapura. Ibunya bernama Arbaiyah binti Dagi yang masih keturunan Kesultanan Langkat, Sumatera Utara.
Pendidikan
Syeikh Abdul Wahab mendapatkan pendidikan Alquran langsung dari ayahnya untuk yang pertama kalinya, namun setelah ayahnya meninggal ia melanjutkan belajarnya kepada Tuanku Muhammad Shaleh Tambusai dan Tuanku Haji Abdul Halim Tambusai. Syeikh Abdul Wahab mampu menguasai ilmu bahasa Arab dan fikih, sehingga ia dijuluki "Faqih (ahli ilmu fikih) Muhammad" oleh gurunya.
Syeikh Abdul Wahab juga belajar kepada Syeikh Muhammad Yusuf di Semenanjung Melayu selama dua tahun. Pada tahun 1863, ia melanjutkan menunaikan ibadah haji ke Mekah sekaligus melanjutkan memperdalam ilmu-ilmu keislaman di sana. Selama enam tahun (1863-1869) ia bermukim dan belajar kepada ulama-ulama terkenal di Mekah.
Guru-guru Syeikh Abdul Wahab ketika belajar di Mekah ialah:
  • Syeikh Saidi Syarif Dahlan (mufti mazhab Syafi'i)
  • Syeikh Hasbullah (ulama Indonesia yang mengajar di Masjidil Haram)
  • Syeikh Muhammad Yunus Abdurrahman Batu Bara (ulama Indonesia asal tanah Batak)
  • Syeikh Sulaiman Zuhdi di Jabal Abu Qubais, Mekah
Syeikh Sulaiman Zuhdi memberi ijazah (pegesahan) dan membaiat Syeikh Abdul Wahab untuk mengamalkan dan menyiarkan Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah di tanah kelahirannya. Syeikh Sulaiman Zuhdi pula yang memberikan gelar Al-Khalidi An-Naqsyabandi di belakang nama Abdul Wahab Rokan.
Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah
Sepulang dari Mekah, Syeikh Abdul Wahab mendirikan perkampungan di sekitar Sungai Rokan beliau beri nama Tanjung Masjid (Kampung Masjid). Beliau menyebarkan tarekatnya di wilayah Riau, Tapanuli Selatan, Sumatera Timur, bahkan sampai ke Semenanjung Melayu. Pada tahun 1874, Syeikh Abdul Wahab pindah ke Dumai (Pantai Timur Riau) dan mengembangkan perkampungan baru di sana. Namun ia tidak lama menetap di Dumai.
Syeikh Abdul Wahab sempat mendirikan organisasi perjuangan Islam dengan dibantu oleh para ulama lain seperti Haji Abdullah Muthalib Mufti dan Sultan Zainal Abidin Namun, karena dirasa organisasi tersebut membahayakan, maka Pemerintah Hindia Belanda menangkapya dan mengasingkannya ke Madiun, Jawa Timur, serta membubarkan organisasi tersebut Beliau memutuskan untuk pindah ke Kampung Kualuh, Labuhan Batu, Sumatera Utara. Di sana beliau membangun lagi sebuah perkampungan dan di sana pula beliau mulai memiliki santri
Pada tahun 1879, Syeikh Abdul Wahab mendapatkan wakaf sebidang tanah di wilayah Langkat dari Sultan Langkat, yaitu Sultan Musa al-Muazzam Syah. Pada tahun 1883, Syeikh Abdul Wahab beserta para santrinya membangun perkampungan baru lengkap dengan masjid dan pesantren. Perkampungan tersebut semakin berkembang dan diberi nama Kampung Babussalam (Pintu Keselamatan) , masyarakat umum sering menyebutnya Bassilam. Demikian pula nama pesantren dan masjidnya serta kegiatan tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah yang dipimpin oleh Syeikh Abdul Wahab kemudian dikenal dengan sebutan Suluk Bassilam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar