Rabu, 24 Februari 2016

Keistimewaan Musa, Hafiz Cilik Indonesia dalam Menghafal Alquran

Musa, tingkah anak luar biasa ini tidak berbeda dengan layaknya anak yang belum genap berusia enam tahun. Suka bermanja-manja dan kadang-kadang rewel. Sepintas orang tak akan menyangka bocah asal Bangka Barat, Bangka Belitung, tersebut sudah tuntas menghafal 30 juz Alquran.

Saat dia kali pertama tampil di panggung, Musa mengaku tinggal menghafal Surat An Nahl dan Bani Israil. Dan ketika diuji kemampuannya pada saat itu, seisi studio RCTI menangis haru menyaksikan kemampuannya. Prof Amir Faishol, pakar tafsir Alquran yang menjadi salah seorang juri, sembari berlinang air mata mendatangi Musa, lalu mencium tangannya.

Musa sebetulnya sangat pemalu. Dia jarang bertemu banyak orang sehingga saat kali pertama tampil di panggung sangat gugup. ”Saat itu dia sudah mau menangis,” ujar La Ode Abu Hanafi, ayah Musa. Setelah ditenangkan, perlahan Musa mulai bisa menyesuaikan diri. Untuk memudahkan adaptasi, Hanafi membaurkan Musa dengan para peserta lainnya.

Sejak di kandungan, ayah dan Ibu Musa memang selalu membacakan Alquran untuk Musa. Dan sejak usia dua tahun, anak petani ini telah diperkenalkan huruf-huruf hijaiyah.

 Minat Musa terhadap Alquran sudah tampak sejak dirinya belum genap berusia dua tahun. ”Setiap kali saya perdengarkan kaset murottal (pembacaan) Alquran anak, dia senang dan sangat antusias menirukan,” ungkap pria 33 tahun itu. Melihat kondisi tersebut, Hanafi pun makin sering memperdengarkan kaset murottal kepada Musa.


Tidak lama setelah ulang tahun kedua Musa, Hanafi memulai bimbingan Alquran untuk anaknya itu. Karena Musa belum bisa membaca Alquran, Hanafi membimbingnya dengan metode talqin atau membacakan hafalan. Musa diminta menirukan pelafalan sang ayah. Mengingat usia sang anak, Hanafi mengajarinya dengan perlahan. Satu sesi belajar hanya berlangsung lima sampai sepuluh menit.

Bukan hal mudah mengajarkan Alquran kepada bocah yang ketika itu berusia dua tahun. Proses Musa untuk menjadi hafiz, beber Hanafi, tidak seperti yang dibayangkan kebanyakan orang. Bagian pertama yang diajarkan kepada Musa adalah surat terakhir Alquran, yakni An Naas.

”Saya ajarkan qul saja, butuh dua sampai tiga hari dia ikuti,” kenangnya. Kemudian, menyambungkan kata qul dengan a’udzu juga butuh waktu.

Durasi Musa untuk menghafal Qul a’udzu birobbinnaas (ayat pertama surat An Naas yang berarti Katakanlah, aku berlindung dari Tuhan manusia) butuh setidaknya satu pekan.

Kemudian, saat berhasil menghafal ayat kedua, Musa lupa bagaimana bunyi ayat pertamanya sehingga hafalan harus diulang dari awal. ”Jadi, surat An Naas itu mungkin bisa ratusan kali diulang sama saya,” ungkapnya.

"Setiap harinya Musa mulai bangun pagi pukul 02.30 untuk mulai belajar, ia merupakan bocah yang luar biasa. Dia mampu menghafal ayat demi ayat Alquran secara cepat. Di antara keistimewaan Musa, sanggup menghafal setengah lembar Alquran yang besar dalam waktu 30 menit," tutur paman Musa, Abu Unais

Tidak ada komentar:

Posting Komentar